Soko Berita

Editorial: Belajar dari China, Ketika Budaya, Strategi, dan Visi Jangka Panjang Menjadi Kunci Sukses

China sukses jadi raksasa ekonomi dan teknologi dunia. Apa rahasianya? Simak strategi, budaya, dan visi jangka panjang yang bisa jadi inspirasi Indonesia.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
07 Juni 2025
<p>Ilustrasi kota megapolitan di China. Kini, China menjelma menjadi raksasa ekonomi dunia, pemimpin dalam inovasi teknologi, dan aktor global yang tak bisa diabaikan. (Dok.Pexels)</p>

Ilustrasi kota megapolitan di China. Kini, China menjelma menjadi raksasa ekonomi dunia, pemimpin dalam inovasi teknologi, dan aktor global yang tak bisa diabaikan. (Dok.Pexels)

SOKOGURU – Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menyaksikan kebangkitan luar biasa dari sebuah negara yang dulunya identik dengan kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan. 

Kini, China menjelma menjadi raksasa ekonomi dunia, pemimpin dalam inovasi teknologi, dan aktor global yang tak bisa diabaikan. 

Pertanyaannya: apa rahasia kesuksesan China, dan apa yang bisa kita pelajari dari mereka?

Baca juga: Perang Dagang AS–China: Ancaman Nyata bagi UMKM Ekspor Indonesia

Budaya Kolektif dan Mentalitas Kerja Keras

Tak bisa dipungkiri, fondasi kesuksesan China bertumpu pada budaya kerja keras yang diwariskan sejak ribuan tahun lalu. 

Nilai-nilai Konfusianisme seperti disiplin, hormat pada otoritas, dan pentingnya pendidikan begitu mengakar. 

Anak-anak didorong untuk berprestasi sejak dini, sementara generasi dewasa tak segan bekerja lebih dari delapan jam sehari demi kemajuan bersama.

Baca juga: Antisipasi Banjir Produk China, DPR Dukung Langkah Kemenperin Lindungi Industri Nasional

Di saat banyak negara berkembang terjebak dalam budaya santai dan instan, orang-orang China menunjukkan bahwa komitmen dan etika kerja bisa jadi pembeda utama.

Strategi Ekonomi Jangka Panjang, Bukan Politik Jangka Pendek

Keunggulan lain China adalah kemampuan pemerintahnya untuk merancang kebijakan jangka panjang tanpa terganggu dinamika politik lima tahunan. 

Deng Xiaoping, arsitek reformasi ekonomi modern China, berani mengambil langkah besar pada akhir 1970-an dengan membuka pasar dan menciptakan zona ekonomi khusus seperti Shenzhen.

Kini, pemerintah China melanjutkan visi tersebut lewat strategi ambisius seperti Made in China 2025, program yang menargetkan kepemimpinan global dalam teknologi tinggi, kendaraan listrik, robotik, dan kecerdasan buatan.

Investasi Besar di Inovasi Teknologi

Tak hanya sebagai “pabrik dunia”, China kini dikenal sebagai pusat inovasi teknologi global. 

Perusahaan seperti Huawei, DJI, Alibaba, dan BYD tidak hanya menguasai pasar lokal, tetapi juga berekspansi ke pasar internasional dengan produk berkualitas tinggi dan teknologi mutakhir.

Pemerintah tidak segan menggelontorkan miliaran dolar untuk riset dan pengembangan (R&D), serta mendorong sinergi antara universitas, startup, dan industri. 

Hasilnya? Mereka kini memimpin dalam banyak bidang: AI, 5G, kendaraan listrik, bahkan eksplorasi luar angkasa.

Populasi Bukan Beban, Tapi Aset

Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa, China menjadikan sumber daya manusianya sebagai kekuatan, bukan masalah. 

Baca juga: BYD China Siap Bangun Pabrik Senilai Rp16 Triliun di Subang, Targetkan Produksi 2026

Jumlah besar berarti pasar domestik yang luas dan tenaga kerja yang melimpah. Ini menjadi daya tarik besar bagi investor asing sekaligus kekuatan internal yang sulit disaingi.

Saatnya Berkaca dan Bergerak

Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya sebenarnya memiliki potensi serupa: sumber daya alam melimpah, bonus demografi, dan posisi strategis secara geografis. Namun, potensi tak akan berarti tanpa visi, etos kerja kolektif, dan keberanian mengambil keputusan strategis.

China telah menunjukkan bahwa kemajuan bukanlah hasil keberuntungan, tapi buah dari perencanaan, kerja keras, dan keteguhan hati. 

Kita bisa belajar, bukan untuk meniru sepenuhnya, tapi untuk menyesuaikan strategi dengan konteks dan karakter bangsa sendiri.

Jika kita ingin keluar dari jebakan negara berkembang, mungkin saatnya kita berhenti mencari alasan dan mulai meniru semangat mereka: kerja keras, inovasi, dan keberanian untuk berubah. (*)